Welcome to my heart

Sabtu, 29 Desember 2012

Lemony Snicket's A Series of Unfortunate Events



Violet Baudelaire si sulung sang penemu. Klaus, satu-satunya laki-laki yang kutu buku. dan bayi Sunny, yang memiliki gigi yang kuat dan menggigit benda apa saja menjadi yatim piatu setelah orang tua mereka tewas karena kebakaran. Mr. Poe, pengacara orangtua mereka mengantar mereka kepada Count Olaf, yang sebenarnya menginginkan warisan keluarga Baudelaire. Anak-anak itu diambil dari Olaf setelah Olaf mencoba membunuh mereka dengan memarkir mobil berisi anak-anak itu di rel kereta api, namun dengan penemuan kreatif Violet, mereka bisa mengubah jalur rel kereta api yang sehingga mereka lolos dari maut.
Poe kemudian mengantar mereka untuk hidup dengan Dr. Montgomery Montgomery, seorang ahli reptil. Berencana berlibur bersama ke Peru, namun Monty tewas dibunuh Olaf yang menyamar sebagai Stephano, seorang ahli reptil terkenal, dan berkata bahwa Dr. Monty dibunuh ular hasil persilangannya. Namun, Sunny membuktikan bahwa Olaf berbohong, ular tersebut ternyata sangat jinak. yang tidak memungkinkan tidak membunuh seseorang. Olaf berhasil kabur.
Anak-anak kemudian diantar untuk tinggal bersama Bibi Josephine di Danau Lachrymose. Dia memiliki ketakutan irasional, dia takut akan makelar rumah, kenop pintu, dan banyak lagi. Saat anak-anak Baudelaire dan Bibi Josephine, pergi ke pasar, Olaf muncul lagi, menyamar sebagai Captain Sham, dan memikat Josephine. Kemudian, Josephine dan Olaf pergi kerumah Josephine untuk makan malam. Anak-anak Baudelaire ditinggal di pasar untuk berbelanja. Sampai di rumah Bibi Josephine, mereka mendapat surat dengan tata bahasa yang kacau dari Bibi Josephine, yang ternyata adalah kode tempat Bibi Josephine bersembunyi, yaitu Curdled Cave.
Mereka menyusul Bibi Josephine ke Curdled Cave. Saat mereka membawa Bibi Josephine kembali ke rumahnya, mereka bertemu Olaf. Olaf berpura-pura manis di depan Josephine, kemudian membunuhnya dengan cara menjatuhkannya ke Danau Lachrymose yang penuh dengan lintah pembunuh.
Menyadari bahwa jika ingin mendapat warisan Baudelaire harus memiliki hubungan darah dengan keluarga Baudelaire, Olaf menggelar sandiwara pernikahan dengan Violet, yang sebenarnya adalah pernikahan asli. Violet yang sadar menolak, namun Olaf telah mengurung Sunny dalam sebuah kandang yang digantung tinggi, dan mengancam akan menjatuhkannya ke tanah bila Violet menolak
.
 klaus tidak bisa membiarkan kakanya menikahi orang jahat itu, dan mencoba memanjat bangunan tempat sunny dikurung. sementara itu violet baru saja mengatakan aku bersedia dalam uacara pernikahannya. kemudian di sesi  panandatangan surat nikah, violet sengaja melama-lamkn tandatangannya. akhirnya setelah selesai olaf merebut paksa suratnya dan mengatakan kebohongannya selma ini ke semua orang. sedangkan diatas bangunan, klaus mempergunakan cermin berbentuk mata dan memantulkan sinar matahari ke kertas yang dipegang olaf, dan kertasnya terbakar. rencana laf gagal, ia berusaha melarikan diri tapi sudah dipukuli semua orang yang disitu.
olaf harus dihukum mati atas begitu banyak kejahatannya. tapi sebelum itu dia harus mereka ulang perjuangan yang dialami violet, klaus dan sunny.

Kamis, 03 Mei 2012

klasifikasi taksonomi hewan


HARIMAU

Kerajaan: Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Carnivora
Famili : Felidae
Genus : Panthera
Spesies : Panthera tigris atau felis tigris


KANGURU

kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Subkelas : Marsupialia
Ordo : Diprotodontia
Subordo : Phalangerida
Familia : Macropodidae
Genus : Macropus
Spesies :Macropus rufus
Macropus giganteus
Macropus fuliginosus

BANTENG

Kerajaan: Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Subfamili : Bovinae
Genus : Bos
Spesies : Bos javanicus

LUMBA LUMBA

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Cetacea
Subordo : Odontoceti
Famili : Delphinidae
# Genus Delphinus
spesies :
* Lumba-lumba moncong panjang, Delphinus capensis
* Lumba-lumba moncong pendek, Delphinus delphis

KUCING

Kerajaan       : Animalia
Filum            : Chordata
Kelas             : Mamalia
Ordo             : Karnivora
Famili           : Felidae
Genus           : Felis
Spesies         : F.Silvestris
Upaspesies  : Catus (kucing)
Nama binomial  :Felis silvestris-catus


Last Sunset      

                                Khalida zulfah l.
 Aku terdiam di bangku taman ini sejak tadi. Hembusan angin mulai masuk ke kulitku, juga ke tulang tulang ku. Kini, semua berbeda dari segalanya. Ya, ini bukanlah hidupku yang dulu.

“Brughhh” seseorang menabrakku. Buku-bukuku berjatuhan. Tapi dia berlalu meninggalkanku. Tak ada permintaan maaf atau apapun semacamnya. Emosiku mulai naik, “Heiiii, kau menabrakku. Tak bisakah kau mengucapkan maaf? Apa kau bisu?”
Seseorang menoleh, kemudian menghampiriku, ”apa katamu?” teriaknya dengan nada tinggi.
“eh, eh ti-tidak, aku bukan bicara padamu” kucoba menjelaskan.
“hei, denger ya, kau masih kelas 1 kan? Jangan belagu deh lu sama senior” bentaknya padaku.
“hei kak, maaf ya, saya tidak bicara pada anda! Jadi jangan bentak-bentak dong! Uda salah, belagu lagi..!” kubalas bentakannya. Huh, dasar senior gila. Sial! Orang yang tadi menabrakku juga uda kabur.
“oh, gitu ya dek? Pasal 1: senior tidak pernah salah. Pasal 2: jika pun senior salah, kembali ke pasal pertama.” Jelasnya dengan bangga dan membuatku semakin kesal dengan senior belagu ini.
Aku berbalik, meninggalkannya. Langkahku  kupercepat, agar tak terkejar olehnya.
“heii, woooiiii, lancang banget lu, liat ya ntar.” Teriaknya dengan kencang. Aku tetap tak menoleh, yang ada dipikiranku, pergi secepatnya dari situasi ini.

 ”ihhhh, senior nyebeliiiiiinnnnn!!!!” jeritku penuh emosi. Ku minum air di botolku. “Tenang. Tenang fina. Kau ga harus ladenin cowok gila kayak dia. Dia mah uda gila dari sononya kali ya. hahaha” ucapku dengan diriku sendiri.
“fina? Dari mana aja sih? Aku tu uda cariin kamu dari tadi.” Ucapnya dengan cemberut. Aku tersenyum. Rasanya ada yang lain jika aku menatapnya. Jantungku slalu berdetak lebih cepat dari kadar kenormalan. Ada apa ini? Apa aku suka padanya? Ah, tidak.
“oii.., Kok malah melamun?” ucapnya menyadarkan lamunanku. Aku slalu berkhayal jika bertatap dengannya.
“eh, roy. Hehe tadi aku sih lagi gadoh sama senior kita. Siapa ya namanya? Aku juga ga ingat. Dan ga penting banget inget nama dia. Mana dia orangnya nyebelin lagi. Terus dia..”
“fina… stop stop!! dasar bawell” potongnya sambil mencubit pipiku. Kubalas mencubit pipinya. Sekali lagi roy telah membantuku. Bisa dibilang dia seperti malaikat kecilku. Mungkin inilah alasan kenapa tiap kali bersamanya aku slalu bahagia.
*****
“wooii fina.!” Panggil seseorang dari belakang. Aku tetap tak menoleh. Nama fina kan banyak, ga cuma aku ya kan?
“Refina Mifta Tiyar!!” panggil orang itu lagi. Lah, itu kan namaku? Dan sepertinya aku mengenal suara ini. Suara ini kan…
“apaan sih?” tanyaku dengan kesal. Ada apa orang ini? Apa dia tidak puas dengan kejadian semalam? Argghhh, orang ini memang betul-betul menyebalkan.
“namamu fina kan?” tanyanya setengah tersenyum. Tapi belagunya masih terasa. Ya, keangkuhan sepertinya tak bisa lepas darinya.
“yapps, ada apa lagi ya kak? Bukankah masalah kita udah selesai kemarin?” tanyaku enteng.
“nama gua egi. Lo uda tau kan fin?”
“hah? Enggak. Emangnya aku pernah nanyak?”
“ya, enggak. Cuma ngenalin diri aja ke junior yang nyolot kayak elu.”
“ehh, sori deh kak kalo saya nyolott!” jawabku lantang kemudian berbalik meninggalkan nya. Dan sekali lagi dia belagu kayak gini, bakal ku tonjok tuh dia. Ngeselin banget nih cowok.
“hei fina! Tunggu! Gua belum selesai” kejarnya. Dan ternyata kakinya panjang juga ya. Dia aja bisa melombaiku. “hei, tunggu dong. Kok lu langsung pigi aja sih?”
“ada apa lagi sih kak?” tanyaku marah.
“oh, maaf deh, kalo gua ganggu.” raut wajahnya berubah seketika mendengar ucapanku. Apa ucapanku keterlaluan ya?
“fina!” panggil roy yang kemudian menghampiriku.
“roy? Kok bisa disini?” tanyaku.
“yee, aku mau ngantar kamu pulang fin. Eh kak egi. Kok disini kak?”
“uda ah roy. Pulang yukk” kutarik tangan roy. Kupercepat langkahku tuk menghindari si egi itu melombaiku kembali.
Kali ini roy kembali menyelamatkanku. Ya, sejak kecil dia selalu dekat denganku. Terkadang dia seperti kakakku, kadang juga seperti pacarku.
*****
“hai fina…” ya, lagi lagi dia. Aku tak menggubrisnya. Ternyata dia tak jera jera dengan ucapanku kemarin. “fina, nanti mau ku antar pulang?” tanyanya sambil tersenyum. Senyumnya cukup manis, tak seperti biasa. Tak ada aura belagu hari ini. Apa dia mau mengerjaiku?
            “gak perlu kak. Lagian kalo pun mau pulang biasanya sama roy kok. Dan kenapa sejak kemarin kakak sok baek gitu?”
            “emm, gua Cuma mau minta maaf.” ”ya, atas kesalahan gua kemarin. Gua akui pasal pasal kemarin itu berlebihan. So, gua minta maaf ya ma lu” aura belagunya muncul kembali, haaaaahh -__-
            “oke. Fina maafin kok. Tapi maaf ya kak, fina biasanya pulang sama roy”
            “fina, kamu pacaran ya sama roy?” selidiknya dengan wajah sedikit kecut.
            “ha?? Gak ah, siapa yang bilang?” gila! gak mungkin roy yang se-perfect itu mau jadi pacarku, ha ha ha.  Tapi kok dia nanyaknya gitu? Dia pergi saja meninggalkanku. Hah, dasar gila.

“fin, entar kamu pulang sendiri ya. Soalnya ada latian basket. Maaf bangettt, ntar ku telpon deh. Yaya ?” pintanya dengan tak enak hati. Deg deg deg, ya lagi dan lagi tiap bersamanya selalu jantungku seperti ini. ”fin, finaaaaa, helloooowwww” teriakannya menyadarkan lamunanku.
            “ha? Apaan?” tanyaku polos.
            “fina, hari ini aku latian…”
            “basket kan? Oke, aku uda denger kok tadi” potongku dengan bangga. Setidaknya aku melamun karna dirimu roy.
            “oke, dadaaahh, luan ya..” lambainya sambil diiringi larian kecil.
            “mau aku antar?” Tanya seseorang disampingku, ternyata kak egi. Yah dia lagi dia lagi. Bosen banget ketemu dia mulu.
            “hem, gimana ya?” jawabku seolah berfikir.
            “ayolah fin..” mohonnya.
            “oke deh kak.” Yah, kali ini aku diantar pulang sama senior yang aneh ini. Tapi ternyata dia keren juga sih, kendaraanya aja mobil. Sedangkan aku? Pejalan kaki, haha
            “emmm, makasi ya kak, atas tumpangannya” ucapku sambil tersenyum.
            “gitu dong, kan kalo senyum fina jadi manis. Kalo marah jadi, ihhhhh jelekk ah.. hahaha” guraunya sambil mencubitku. Ih, apaan sih nih orang, macam kenal kali aja.
            “………………..”
            “hehe, maaf deh fin. Kan becanda.”  
             “tirrrttt trrrttt”            “hhalo, roy? Ahh ia, aku baru aja nyampe….  Ia.. Oke. Aku makan kok entar. Oke….Kamu latian sana…. daaaa”
“siapa? Roy?” selidiknya dan ya, itu memang roy. Dia kan udah dengar tadi.
            “ehm, iyaa”
            “aku balik ya.” Ucapnya dengan nada berbeda. Sepertinya dia marah, atau lebih tepatnya kecewa. Ya, apa urusannya samaku coba? Ga penting deh…
******
Teng, tengg, tengg, bunyi bel sekolah tanda jam istirahat. Setiap jam ini, roy slalu ke bangkuku untuk bercerita, ya ceritanya bermacam-macam. Tapi dari segala macam cerita, aku paling suka kalo bahas drama. Tepatnya drama korea.
Jam istirahat kali ini berbeda, si egi itu lagi-lagi nongol dan bagiku ini sangat mengganggu. Yah, mungkin aku yang berlebihan. Tapi kurasa aku tak begitu membencinya lagi. Ya, dia tak sebelagu dan super nyebelin kayak pertama ketemu.

Hari ini aku pulang sendiri, roy ada urusan, dan si egi tak ada kabar. Ada apa yah? Ah, entahlah. Yap sudah sampai, tuughh. ”awww, ssshhhh” aku mendesis, ternyata kepalaku membentur pintu. Dan untuk yang kedua aku menabrak rak buku, ada apa sebenarnya ini?
Kejadian ini mulai sering terjadi, begitu juga disekolah, aku sering terjatuh  karena penglihatanku mulai kabur. Akhirnya kuputuskan untuk ke dokter spesialis mata. Dan saat ini, ya aku sudah memakai kacamata.
            ”eh fin, kamu gapapa? Kok pake kacamata?” Tanya kak egi yang tiba tiba nongol dengan nada khawatir.
            “mataku agak kabur nih. Tapi gapapa kok, tenang aja kak” hiburku. Aku tak mau mencemaskan  orang lain.
Suatu hari aku diantar pulang oleh kak egi. Ya, roy terlalu jarang bersamaku. Kini roy sudah mulai sibuk dengan tim basketnya. Ataukah dia punya pacar? Mungkin juga bukan keduanya.
“lo kak? Kita mau kemana? Ini kan bukan arah ke rumah fina..” tanyaku dengan heran.
“iya, aku mau ajak kamu ke suatu tempat. Tempat favoritku semasa kecil.” Jawabnya sambil menoleh kearahku. Dan ternyata dia mengajakku ke tempat yang indahhh banget. Angin yang lembut, desiran ombak, dan pasir putihnya. Ya, Pantai. Disana kami bermain air, berlari-lari, dan yang paling istimewanya kami bisa menyaksikan sunset disini. Romantis banget kan? Mungkin sepertinya aku mulai menyukainya. What? Kak egi? No no no.
Kami bersiap siap pulang. Entah mengapa seluruh tubuhku tiba-tiba lemas, bahkan mataku kembali kabur. Aku mendengar teriakan kak egi memanggilku. Tapi aku tak bisa apa-apa.
Kubuka mataku perlahan, terlihat sesosok pria disamping orang-orang yang berpakaian putih-putih. Ternyata dia ayahku. Juga roy. Dasar, aku kan tak apa-apa, kenapa sampai dibawa kesini sih? Terlihat lagi seorang laki-laki yang baru muncul, ya itu kak  egi. Dia tersenyum kepadaku.
*****
            Berbulan-bulan aku rutin memakan obat dari dokter. Tapi tetap saja, bukannya  membaik, tapi bertambah buruk. Mata ini sulit melihat walaupun sudah memakai kacamata. Mataku kembali diperiksa. Akhirnya hasil tesnya keluar. Aku mendengar pembicaraan mereka, yang ternyata aku terkena kanker mata. Kanker yang sama yang merenggut nyawa ibuku. Aku shock. Kudengar isakan ayah setelahnya, mungkin ayah merasakan hal yang sama yang kurasakan. Aku tak percaya mendengar ini lalu menangis sejadi-jadinya.
                       
Tak kusangka, ternyata kanker ini sangat ganas, dalam sekejap aku buta. Mungkin sebentar lagi aku akan mati. Itulah yang selalu muncul dalam benakku. Masa SMU ku hancur. Aku tak bisa mengikuti pelajaran seperti teman-temanku yang lain, sebaliknya malah terus-terusan di RS ini.
“fina? Kamu ngapai?” Tanya seseorang yang tiba-tiba duduk disampingku. Hem, aku masih ingat suara ini, roy, ya dia.
“udaranya sejuk ya” jawabku
“tapi ntar kamu masuk angin lo” ucapnya dengan khawatir.
“roy, taman ini indah ga? Fina merasa taman ini indah banget” tanyaku mengalihkan pembicaraan. Tentu saja aku ingin lebih lama disini, disini.. sangat-sangat.. hmm, ya menyenangkan.
“fina bener kok, sangat indah malah” pujinya.
“seandainya fina  bisa ngeliat..” air mataku berjatuhan. Tentu aku tak mau ini terjadi padaku. Tapi apalah daya, jika ini kehendak tuhan.
“fina, jangan sedih dong, entar lagi kamu bisa liat lagi kok” hiburnya sambil menghapus air mataku. “emm, fina..”
“ya roy?”
“ahh, tidak”

Ayah memilih untuk merawatku dirumah, setidaknya sampai aku mendapatkan  pendonor kornea untukku. Setiap malam aku hanya bisa menangis dan menangis. Aku rindu wajah-wajah mereka, orang orang yang kusayang. “ibuu, inikah yang engkau rasakan selama ini??” isakku. Aku putus asa, aku tak yakin ada pendonor yang mau memberikan korneanya.
*****
Hari, minggu, bulan, kulewati. Akhirnya ada seorang pemuda yang rela memberikan kedua korneanya untukku. Dia tewas dalam kecelakaan. Terima kasih banyak, walau aku tak tau dia siapa.
Operasi berjalan lancar. Aku bisa melihat kembali. Terlihat ayah, kak egi, dan teman-teman berada disekelilingku. Tapi mana roy? Kemana dia?
Seminggu sudah aku bisa melihat kembali. Baru hari inilah aku diperbolehkan ayah keluar rumah.  Kuputuskan mencari roy, karna tak satupun dari mereka yang mau memberitahuku keberadaan roy. Seolah mereka menyembunyikan sesuatu dariku. Roy, dimana ?
Tok tok tok. Ku ketuk pintu rumah roy.  Tak berapa lama, seseorang membukakan pintu. Ternyata  ibu roy.
“buat apa kau kesini??, pergiii!!! ” usirnya ketika melihat wajahku. Kenapa? Ada apa?
“tante?” tanyaku panik. Terlihat matanya yang sembab, seperti sehabis menangis.
“pergi!! kau. Karna kau, anakku meninggal. Anakku.. anakku..” isaknya
“tante, roy kenapa?” tanyaku shock. Aku tak mengerti semua ini.
“kembalikan mata roy, kembalikan…” digoncangnya tubuhku. Apa? Jadi.. I-ini mata roy? Royy…Royyy, mengapa kau lakukan ini? Royy… tangisku mulai pecah. Roy.. jadi selama ini kau disini? Dimata ini?
*****
Untuk kedua kalinya, aku dan kak egi kembali mengunjungi pantai favorit kak egi, ya yang sekarang favoritku juga. Sepertinya cuaca hari ini sedang tak bagus. Dan betul, hujan turun sangat deras. Aku tidak mau meninggalkan momen ini. Kami pun bermain hujan, walau aku baru saja sembuh. Aku kembali teringat pada roy. Roy, dia bunuh diri untuk memberikan korneanya untukku. royy… Terimakasih..
Kumasuki  rumahku, kubuka pintu kamarku. Pusing. Pusing. Ya, kepalaku terasa berat, sangat. Kulangkahkan kaki menuju lemari obat, Mana? Mana obatnya? Aku masih mencarinya. Kepalaku tak tertahankan lagi, kakiku juga lemas, mataku kabur. Kenapa ini?
Aku terbangun, aku berada dikamar. Sepertinya  ada yang mengangkatku. Aku kan berat.  Eh, ternyata ayah. Tapi kenapa kepalaku sangat pusing tadi? Apa mungkin karena kelelahan?
*****
Hari ini aku ujian. Ujian kenaikan kelas. Walau banyak yang tertinggal, tapi aku tetap mengejarnya. Aku meminjam catatan beberapa temanku, ya agar aku tak tertinggal jauh dari mereka. No 17, emm, tinggal 8 soal lagi. Tanganku mulai keringatan, begitu juga tubuhku. Kepalaku juga pusing, sama seperti waktu itu. Kupaksakan tubuhku, aku harus selesai. Aku mohon, sedikit lagi saja. Tapi tetap saja tubuhku tak mau menurutiku. Kepalaku tak tertahankan lagi. Sakit. Sangat sakitt. Aku tak kuat lagii.
Kubuka mataku. Ah, ternyata aku masih hidup. Dimana ini? Rumah sakit lagi? Astaga, kenapa aku dibawa kesini, aku kan tidak apa-apa. Creek, terdengar suara terbukanya pintu. Itu ayah. Tapi ada yang berbeda darinya, wajahnya terlihat pucat.
“ada apa yah? Ayah kenapa?” tanyaku cemas.
Ayah menangis. Kenapa? Apa lagi ini? “fina.. kamu terkena kanker otak..” ucapnya sambil menangis.
“apa yah? Ayah bercanda kan? Ini kan bukan april mop?” gurauku. Memastikan ini hanya candaan semata.
“kanker itu sangat ganas, dan sudah menyerang otakmu fin..” tangis ayah membuatku tak tahan. Air mataku mengalir. Aku tak percaya ini, aku terkena kanker o-otak?

Dokter sudah memvonisku, waktuku hanya tinggal beberapa hari lagi. Ya, kanker itu telah bersarang di otakku. Cuci darah terus menerus gak membuatku tambah sehat, malah membuatku bosan hidup. Mungkin inilah akhir hidupku, berakhir mengenaskan.
Tok tok, ketuk seseorang, kemudian masuk. Kak egi.
“fina, liat aku bawa apa, boneka beruang kesukaan kamuu..” ucapnya dengan riang.
“makasiiii kak.” Ucapku sambil memeluk boneka pemberiannya. ”emm, kak, mau gak jadi pacar sehari fina?” Pintaku.
“selamanya juga gapapa kok fin.” Guraunya.
“kalo gitu kita ke pantai yok kak?..” ajakku.
 “kamu kan masih sakit, ntar kalo uda sembuh, aku kabulin deh..” jawabnya dengan nada kecewa.
“plisss, ini yang terakhir. Janji.”
“betul ya.”
Kami pun keluar diam-diam dari rumah sakit ini. Sesampainya disana, aku digendong kak egi berjalan-jalan diantara desiran ombak. Setelah itu, kami duduk di tepi pantai. Aku menyandarkan kepalaku kebahunya.
“kak, ….makasi ya”
“buat apa fin?”
“karena udah jadi pacar sehari aku”
“huhh, dasarr” sambil mengusapkan tangannya ke kepalaku.
            Terakhir, kami menyaksikan sunset. Ya, untuk yang terakhir kali, kurasa. Ssshh.. Kepalaku sakit luar biasa, bahkan lebih sakitt dari sebelum-sebelumnya. Mataku terasa berat, tubuhku kaku, tak bisa digerakkan. Terdengar teriakan kak egi memanggil namaku. Suaranya sedikit berbeda. Dia menangis. Air mataku mulai berjatuhan mendengar tangisannya.
Selamat tinggal kak..
aku mencintaimu…

************************
The end